Muslim yang Baik Adalah yang Setia
Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah).” (Qs. al-An’âm [6]: 162-163.
Sementara hati kita dan perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari bertolak belakang dengan apa yang kita ucapkan dalam sholat. Semua untuk Allah, tapi dalam praktek kehidupan sehari-hari kita malah menantang Allah dengan melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Sholat kita sangatlah khusuk, tetapi kita pun aktif melakukan perbuatan maksiat. Tidak ada kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan. Lain ketika sholat, lain pula ketika berbuat. Kontradiktif.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Qs. ash-Shaff [61]: 2-3).
Asas manfaat yang dijadikan sebagai tameng dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari kerap menghiasi berbagai kepentingan. Hanya dengan melihat suatu barang atau perbuatan itu bermanfaat, maka ia serta merta menggunakan barang tersebut atau melakukan perbuatan diyakininya mendatangkan manfaat, tanpa melihat halal atau haram barang dan perbuatan tersebut. Cuma karena melihat basahnya bisnis miras dan narkotika, ramai-ramai berusaha menjadi yang terdepan dalam bisnis tersebut. Begitu pun ketika bisnis pelacuran menjadi primadona devisa dengan untung miliaran rupiah, juga serta merta mengkoordinir usaha seks bebas tersebut.
Lalu, kalau begitu diletakkan di mana kesetiaan dan kepasrahan kita kepada Allah? Setiap hari, paling tidak lima kali dalam sholat kita ucapkan kesetiaan dan kepasrahan kita kepada Allah. Setia dan rela diatur oleh Sang Maha Pencipta. Pasrah dengan apa yang diperintahkan dan dilarang-Nya. Kita manut saja. Karena hanya Allah lah yang wajib disembah, wajib ditaati segala perintah dan larangan-Nya, sekaligus mengakui, hanya Allah lah Pencipta kita.
Kondisi masyarakat yang amburadul seperti ini, adalah tantangan tersendiri bagi kita untuk berusaha menunjukkan arti kesetiaan dan kepasrahan kita kepada Allah. Kesetiaan dan kepasrahan yang sebenar-benarnya. Kita harus berusaha konsisten dengan apa yang kita ucapkan dalam sholat kita, lalu kita praktekkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Seharusnya bisa, karena kadang kala di hadapan manusia kita bisa menunjukkan kesetiaan dan kepasrahan. Kepada atasan, kita bisa setia dan pasrah, supaya atasan kita tidak mengusik posisi kita. Kemudian senantiasa kita memperlihatkan perilaku baik di hadapannya sebagai perwujudan kesetiaan dan kepasrahan yang sungguh-sungguh.
Hanya kepada Allah lah kita mempercayakan hidup kita, hanya kepada Allah lah kita memasrahkan seluruh jiwa kita. Karena sebaik-baik taat adalah kepada Allah dan Rasul-Nya yang tidak dan tidak akan pernah menyuruh berbuat jahat dan kehancuran.
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah Barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukan ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (Qs. an-Nisâ’: 13).
Post a Comment for "Muslim yang Baik Adalah yang Setia"
Terima kasih sudah berkunjung dan sumbang komentar di blog saya. :)
Salam blogger!